Jakarta, PLN Indonesia Power (PLN IP) menegaskan komitmennya untuk memimpin transisi energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam forum tahunan tersebut, yang dihadiri oleh pemangku kepentingan dari berbagai negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menyoroti langkah-langkah strategis yang diambil oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan listrik di masa mendatang.
Edwin menyatakan bahwa menuju net zero emission bukanlah perjalanan yang mudah, namun PLN IP telah berkomitmen keras untuk mencapainya. Sebagai subholding PLN yang fokus pada pembangkitan listrik, PLN IP memainkan peran penting dalam memastikan bahwa solusi-solusi strategis energi yang diterapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga mempersiapkan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Salah satu aspek kunci dari strategi PLN IP adalah pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai bagian integral dari portofolio energi mereka. Edwin menekankan pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor dalam memilih jenis EBT yang akan diterapkan, termasuk kesiapan teknologi dan dampaknya terhadap biaya listrik. Meskipun demikian, PLN IP telah memulai langkah-langkah untuk mengenalkan dan mengembangkan berbagai jenis EBT, seperti energi hidro, panas bumi, nuklir, dan cofiring amonia.
Dalam visinya untuk masa depan, PLN IP telah menetapkan target ambisius untuk memenuhi kebutuhan listrik 35 tahun ke depan. Untuk mencapai tujuan ini, mereka telah merancang berbagai strategi pengembangan EBT, salah satunya melalui proyek Hijaunesia 2023. Proyek ini menempatkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebagai prioritas utama. Dengan total kapasitas 1.055 MW, proyek ini merupakan langkah awal yang signifikan dalam menjalankan visi PLN IP untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan energi berkelanjutan.
Salah satu poin penting dari strategi PLN IP adalah akselerasi pembangunan infrastruktur EBT. Melalui proyek Hijaunesia 2023, PLN IP berencana untuk mempercepat pembangunan PLTS dan PLTB di lima lokasi berbeda dengan total kapasitas 500 MW. Langkah-langkah ini diharapkan akan memastikan bahwa infrastruktur EBT dapat beroperasi lebih cepat, menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan.
Edwin menegaskan bahwa PLN IP tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan listrik saat ini, tetapi juga memperhatikan masa depan yang lebih berkelanjutan. Melalui inisiatif-inisiatif seperti proyek Hijaunesia 2023, PLN IP berkomitmen untuk menjadi agen perubahan dalam transformasi energi Indonesia menuju keberlanjutan dan net zero emission.
Sebagai langkah awal dalam mencapai target net zero emission, PLN Indonesia Power telah merancang strategi pengembangan EBT melalui proyek Hijaunesia 2023. Proyek ini memprioritaskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan total kapasitas 1.055 MW melalui skema Strategic Partnership.
Menurut Edwin, dalam proyek Hijaunesia 2023, PLN IP mempercepat pembangunan PLTS yang ada di lima lokasi dengan total kapasitas 500 MW, dengan target proses pembangunan hingga Commercial Operation Date (COD) lebih cepat dari yang pernah dilakukan sebelumnya. Proses pembangunan dilakukan secara paralel, termasuk pra-seleksi mitra termasuk kontraktor EPC, pemilihan lender, dan proses perizinan.
Dengan langkah-langkah ini, PLN Indonesia Power menunjukkan komitmennya untuk memimpin perubahan dalam industri energi Indonesia. Melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan dan proyek-proyek inovatif seperti Hijaunesia 2023, mereka berada di jalur untuk mencapai tujuan net zero emission sambil memastikan ketersediaan listrik yang andal dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.